Wednesday, June 12, 2013

Apa itu MATLAB?

matrix laboratory, program matlab, aplikasi matlab, fisika bumi, unm
MATLAB (Matrix Laboratory) adalah suatu bahasa tingkat tinggi yang digunakan untuk komputasi teknik. Bahasa ini mengintegrasikan proses komputasi, visualisasi, dan pemrograman dengan environment yang mudah digunakan dengan mengekspresikan masalah dan solusi ke dalam notasi-notasi matematika.

Kegunaan umum dari MATLAB diantaranya untuk Matematika dan Komputasi, Pengembangan Algoritma, Akuisisi Data, Pemodelan dan Simulasi, Pembuatan Prototipe, Analisis Data, Eksplorasi, Visualisasi, dan Pengembangan Aplikasi termasuk GUI.

Bahasa MATLAB dapat digunakan dalam sebuah sistem MATLAB interaktif yang elemen data dasarnya adalah array yang tidak membutuhkan pengaturan dimensi. Hal ini memungkinkan penyelesaian banyak masalah komputasi teknik, terutama yang berhubungan dengan formulasi matriks dan vektor. Dalam beberapa kasus, dapat juga dilakukan penulisan program dalam bahasa seperti C dan Fortran.

Nama MATLAB merupakan singkatan dari Matrix Laboratory. Awalnya, MATLAB dibuat untuk menyediakan akses yang mudah untuk pengembangan software matriks dalam proyek LINPACK dan EISPACK. Saat ini, MATLAB menggabungkan LAPACK dan BLAS library untuk komputasi matriks.
Di lingkungan universitas, MATLAB digunakan sebagai alat pembelajaran standar untuk tahap pengenalan dan lanjut dalam matematika, teknik dan sains. Dalam industri, MATLAB adalah salah satu alat yang dapat dipilih untuk penelitian, pengembangan dan analisis.

MATLAB juga memiliki fungsi toolbox yang memungkinkan pengguna untuk belajar dan menerapkan teknologi khusus seperti pemrosesan sinyal, sistem kontrol, jaringan saraf, logikafuzzy, simulasi dan banyak teknologi lainnya.

Sumber : 
Product overview : Introduction (MATLAB)
Away, Gunaidi Abdia. 2006. The Shortcut To MATLAB Programming. Bandung : Informatika.

Monday, June 3, 2013

Prof Eko - Ilmunya Diaplikasikan untuk Monorel Tercepat di China

fisika material, superkonduktor, fisika unm,
Prof Eko Hadi Sujiono, menjelaskan, suatu bahan atau material dapat dipandang sebagai superkonduktor jika memiliki beberapa sifat. Antara lain, tanpa hambatan pada temperatur lebih rendah dari temperatur kritis dan terdapat sifat diamagnetik “super” (sempurna), dibuktikan dengan adanya efek Meissner.

"Sejarah superkonduktor diawali dengan ditemukannya pencairan hidrogen pada temperatur 20 K oleh James Dewar pada tahun 1898,” ungkapnya.

Profesor kelahiran Purwoharjo, 17 Oktober 1969 itu menuturkan, selanjutnya, Heike Kamerlingh Onnes tahun 1908 menemukan pencairan helium pada temperatur 4,2 K. Menggunakan media helium cair inilah pada tahun 1911 Onnes menemukan superkonduktor dari bahan Hg pada T=4,2 K.

“Penemuan bahan ini diikuti dengan penemuan bahan elemental lainnya seperti Sn, dan Pb pada tahun 1913. Satu tahun setelah itu, yaitu pada tahun 1914 baru ditemukan besar-besaran seperti Jc (rapat arus kritis) dan Hc (medan kritis) bahan superkonduktor. Atas penemuannya tersebut, Kamerlingh Onnes mendapatkan hadiah Nobel pertama dalam bidang superkonduktor,” ujarnya.

Penemuan bahan superkonduktor semakin menarik dengan diamatinya suatu gejala penolakan fluks magnetik oleh Walther Meissner dan Robert Ochsenfeld pada tahun 1933. Dari penemuan tersebut, selanjutnya dikenal adanya efek Meissner, dimana bahan superkonduktor bersifat diamagnetisme sempurna.

Pada akhir 1920 hingga awal tahun 1930, W.J.De Hass dan W Meissner juga menemukan bahan superkonduktor senyawa (campounds), superkonduktor paduan (alloys). “Namun, sejauh ini, penemuan bahan superkonduktor tidak seiring dengan perkembangan teori yang dapat mendasari mekanisme fisis bahan tersebut. Baru pada tahun 1935, Fritz dan Heind London berhasil merumuskan persamaan yang mengungkapkan sifat-sifat bahan superkonduktor yang dikenal dengan persamaan London. Menyusul Vitaly Ginzburg dan Lev. Landau pada tahun 1950 mengungkapkan teori fenomologi mengenai sifat-sifat makroskopik bahan superkonduktor,” terangnya.

Penulis 25 artikel mengenai superkonduktor itu mengungkapkan, ada beberapa klasifikasi bahan superkonduktor. Antara lain, superkonduktor logam, oksida, organik, dan polimer. Sedangkan, contoh bidang aplikasi bahan superkonduktor untuk standar tegangan, 100-1.000 x lebih presisi dibanding standar tegangan konvensional. Devaisnya bekerja atas dasar sel waston. Adapula persambungan Josepshon, dapat diaplikasikan dalam devais berkecepatan sangat tinggi (pico second). Mikroelektronik (High Speed Switching Devices)/computer Josepshon. Misalnya, untuk persambungan bahan Nb N/MgO/NbN, telah digunakan dalam Josephson logic gates. Serta digunakan untuk supercomputer dan komunikasi optik.

Disamping itu, ada pula aplikasi superconducting quantum interference device, super pembangkit medan magnet yang sangat besar, transportasi darat supercepat seperti kereta maglev dengan kecepatan lebih dari 500 kilometer per jam. Di wilayah Asia, transportasi ini telah digunakan di Jepang dan Cina pada tahun 2003.

“Superkonduktor juga diaplikasikan pada akselerator partikel berukuran energi Terra yang dapat digunakan untuk menyelidiki Teori Big Bang. Selain itu, diaplikasikan pula pada transmisi daya listrik, sebuah prototipe transformer yang siap untuk diuji coba Waukesha Electric’s 5-10 MVA, dalam skala komersial 30-60 MVA,” imbuhnya.

Sumber: ujungpandangekspres.com